BAB I
PENDAHULUAN
Ajaran tentang kelepasa adalah tujuan akhir dari
filsafat samkya, kelepasan
ini dapat dicapai oleh
seseorang bila orang tersebut menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam
pikiran, perasaan, dan badan jasmani.
Sedangkan purusa adalah roh yang tak bisa disamakan dengan kelepasan, karena
pelepasan bersifat jasmani ataui badani yang terjangkau oleh panca indra.
Dan jalan
untuk mencapai kelaepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan
kerohanian yang terus menerus,merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti
serta cinta kasih terhadap semua makhluk.
BAB II
SAD DARSANA (FILSAFAT SAMKYA)
4. AJARAN
TENTANG KELEPASAN
Ajaran tentang Moksa atau kelepasan merupakan tujuan
akhir dari filsafat Samkya. Hidup di dunia ini adalah campuran antara senang
dan susah. Banyak kesenangan dapat dinikmati, banyak pula kesusahan dan sakit
yang diderita orang. Bila seseorang dapat menghindar dari kesusahan dan sakit,
maka ia dapat menghindarkan diri dari ketentuan dan kematian. Ada tiga macam
sakit dalam hidup ini, yaitu : Adhyatmika, Adibhautika dan Adidaivika[1].
Adhyatmika adalah sakit karena sebabnya dari dalam badan sendiri seperti kerja
alat-alat tubuh yang tidak normal dan gangguan perasaan. Dengan demikian ia
merupakan gangguan jasmani dan rohani seperti sakit kepala, takut marah dan
sebagainya. Adibhautika adalah sakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh faktor ,luar
tubuh, seperti terpukul, kena gigitan nyamuk dan sebagainya. Adidaiwika adalah
penyakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh kekuatan gaib seperti setan, hantu dan
lain-lainnya. Tidak seorangpun yang ingin menderita sakit semuanya ingin hidup
bahagia. Lepas dari susah dan sakit tetapi kenyataanya tidaklah demikian.
Selama orang masih berbadan lemah, selama itu sukha dan dukha, sakit dan sehat
selalu berdampingan. Dengan demikian itu suka dan dukha. Sakit dan sehat selalu
berdampingan. Dengan demikian tidak perlu bercita-cita hidup yang menyenangkan
terus, cukup hidup yang normal, biasa-biasa saja dengan berusaha melepaskan
penderitaan atas dasar pikiran yang sehat. Dalam ajaran Samkhya kelepasan itu adalah penghentian yang sempurna dari
semua penderitaan. Inilah tujuan terkhir dari hidup kita[2].
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memperingan
hidup kita, namun tidak dapat melepaskan kita dari penderitaan sepenuhnya.
Samkhyamengajarkan bahwa cara mencapai kelepasan itu ialah melalui pengetahuan
yang benar atas kenyataan dunia ini. Tiadanya pengetahuan itulah yang
menyababkan seseorang menderita. Dalam banyak hal orang-orang yang tidak
mempunyai pengetahuan tentang hukum alam dan hukum kehidupan terbentur pada
masalah yang membawanya pada kesedihan. Berbeda halnya dengan orang-orang
berpengetahuan akan menerima dan menikmati kenyataan hidup ini. Namun karena
pengetahuan terhadap kenyataan itu tidak sempurna, maka ia tidak sepenuhnya
lepas dari penderitaan. Kelepasan itu hanya akan dicapai bila pengetahuan
terhadap kenyataan itu sudah sempurna.
Menurut Samkhya Roh ( Purusa ) itu bukan badan, dan
badan selalu ingin dipuakan. Menyamakan roh dengan badan adalah kebodohan,
kebodohan adalah akar penderitaan. Kelepasan tercapai bila seseorang menydari
perbedaan itu. Untuk mencapai bila seseorang menyadari perbedaan itu. Untuk
menyadari hal itu denagan sempurna perlu latihan rohani dan renungan kebatinan
yang terus menerus. Ajaran tentang hal ini diuraikan dalam ajaran Yoga[3].
Dua macam kelepasan itu, yaitu Jiwanmukti, yakni kelepasan Roh selama hidup
ini, dan Widehamukti, yakni kelepasan ( Moksa ), terlepasnya Atman (roh) dari
ikatan badan kasar dan badan halus ( Sthula dan Suksma sarira ). Inilah tujuan
filsafat Samkhya. Pertemuan Purusa dengan Prakrti disebut Samyoga, Purusa
merupakan sinarnya Prakrti disebut Bhokta. Dan Sifat Prakrti yang tidak pernah
diam disebut Samyawastha. Kebodohan disebut Awiweka dan pengetahuan untuk
membedakan Purusa dan Prakrti (Roh dan badan, yang kekal dan yang
sementara/Ksanika)disebut Wiwekajnana. Inilah ajaran yang mendasar dalam
Samkhya.
Tugas manusia adalah berbuat sedemikian
rupa, sehingga jiwanya dapat kembali kepada asalnya (Tuhan). Jalan kelepasan
ada tiga; Pertama, Jnana-Marga. Jalan kelepasan melalui pengetahuan akan
kebenaran yang tertingggi. Kedua, Bhakti-Marga. Jalan kelepasan dengan melalui
kasih dan pemujaan kepada Purusa yang tertinggi. Ketiga, Karma-Marga. Jalan
kelepasan dengan penaklukan kehendak sendiri kepada tujuan Tuhan[4].
Ketiga jalan
kelepasan ini sama-sama menuju satu tujuan, yaitu kelepasan. Orang mendapatkan
kelepasan melalui segala segi kesadaran hidup. Tak ada perbedaan mutlak antara
jalan-jalan itu. Ini disebabkan kehudupan ilahiyah yang tak terpisah-pisah
adanya.
Tuhan adalah
Sat (kenyataan), Cit (kebenaran), Ananda (kebahagiaan). Tuhan yang demikian itu
menyatakan dirinya sebagai terang yang kekal bak matahari pada tengah hari
kepada orang-orang yang mencari pengetahuan. Tetapi ia menyatakan diri sebagai
keadilan yang kekal kepada mereka yang bergumul bagi kebajikan. Akhirnya Tuhan
menyatakan diri sebagai kasih keindahan, kesucian yang kekal kepada mereka yang
mencarinya dengan kasih dan pemujaan.
Sebagaimana
Tuhan mempersatukan di dalam dirinya sendiri hikmat, kebaikan dan kesucian,
demikianlah manusia harus menuju kepada hidup rohani yang tak terpisah.
Dengan demikain, kelepasan terdiri dari persekutuan jiwa dengan jiwa tertinggi,
yaitu menyaksikan, mengalami dan menghayati hidup ilahi[5].
(Harun Hadiwijoni, 1982:29-30)
Tujuan Akhir Ajaran Samkhya
Tujuan akhir
dari Ajaran Samkhya adalah kelepasan[6].
Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila orang tersebut menyadari bahwa
purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila
seseoarng belum menyadari hal itu, maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan,
akibatnya ia mengalami kelahiran yang berulang-ulang. Jalan untuk mencapai
kelaepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan kerohanian yang terus
menerus,merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti serta cinta kasih terhadap
semua makhluk. Dengan demikian samkhya menekankan pada jalan jnanadalam wujud
wiweka dan kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari jebakan prakerti.
[1] Putu
Suamba, I.B, 2003, Dasar Dasar Filsafat India, Universitas Hindu
Indonesia dan Widya Dharma.
[6] John M. Koller, asian
Philosophies, (terjemahan, Donatus Sarbana, Filsafat Asia, ledarero-flores,
NTT, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
* Hadiwijono, Harun. 1982. Agama Hindu dan Budha, Jakarta. Bpk Gunung Mulia.
*John M. Koller, asian Philosophies, (terjemahan, Donatus Sarbana, Filsafat Asia, ledarero-flores, NTT, 2010).
*Nyoman S Pendik, Aspek-aspek Agama Hindu, Menik Geni, 1993.
*Dr. I Made Titib, pengantar Weda, Hanoman Sakti, 1996.
* Maswinara, I Wayan, 1999, Sistem Filsafat Hindu (Sarva DarĂșana Samgraha), Surabaya : Paramita.
*Putu Suamba, I.B, 2003, Dasar Dasar Filsafat India, Universitas Hindu Indonesia dan Widya Dharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar