Sad Darsana (Filsafat Samkya )
Disusun Oleh :
Arif Hidayat
111103210044
Jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2012
1. Pendahuluan
Dewasa ini agama Hindu telah menjadi agama besar dunia yang tidak hanya menghasilkan seorang Dayananda dan Tilak tetapi juga seorang Gandhi dan Sarvepalli Radhakrishnan, seorang Aurobindo Ghose dan Krishnamurti, warga dunia yang sesungguhnya dan nabi-nabi bagi sebuah agama universal. Apa yang telah terjadi atas agama Hindu ini tidak terlepas dari ajaran agamanya juga tentang ke filsafatannya yaitu filsafat India.
Dalam konteks keilmuan bahasa Sanskerta filsafat India ini dikenal dengan istilah Sad Darshana yang merupakan suatu pandangan yang benar terhadap apa yang harus dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan yang tertinggi dan abadi (moksa).[1]
Kata Darshanasendiri berarti “Melihat”, “pengelihatan” atau “pandangan” Dalam ajaran Filsafat Hindhu darshana berarti “Pandangan tentang Kebenaran”
Sad darshana berarti enam pandangan tentang kebenaran yang mana merupakan dasar dari filsafat Hindu.Adapun pokok pokok ajaran Sad darshana antara lain:
1.SAMKHYA
2.YOGA.
3.MIMASA,
4.NYAYA,
5.WAISISEKA,dan
6.WEDANTA.[2]
Namun dalam makalah ini kami hanya mencantumkan pengertian dari filsafat sankhya saja karena pembahasan mengenai filsafat lainnya akan dibahas dalam pembahasan lain.
Adapun pengertian dari kata Sankya berarti ”Pemantulan”, yaitu pemantulan falsafati. Oleh karenaitu aliran ini mengemukakan bahwa orang dapat merealisasikan kenyataan terakhir dari filsafat ini dengan pengetahuan.
Pembangun konsep dari filsafat ini adalah Rsi Kapila yang diperkirakan hidup pada zaman sebelum Buddha.Sistem filsafat Samkhya kadangkala dinamakan pula dengan istilah Nir Iswara Samkhya tidak menyebut nama Tuhan. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Kapila adalah karenaTuhan itu sulit untuk dibuktikan. Inilah suatu pernyataan yang menarik untuk diperbincangkan karena Samkhya mengakui adanya Purusa (roh) sebagai asas tertinggi. Cukup banyak penulis yang menyinggung tentang Samkhya dan dapat kita nikmati sampai detik ini, salah satunya adalah Samkhya Karika yang ditulis oleh Iswarakresna.[3]
2. Konsep Purusa dan Prakerti
Ajaran pokok dari samkhya ialah bahwa adanya dua zat asasi yang bersama-sama membentuk realitas dunia ini yaitu purusa dan prakrti, roh dan benda atau asas rohani dan asas bendani .[4]
Purusa adalah asas bendani yang kekal, yang berdiri sendiri serta tidak berubah, berbeda dengan upanishad, samkhya tdak mengakui adanya satu roh atau satu jiwa yang bersifat universal atau umum, yang kemudian dengan bermacam-macam.
Sekalipun purusa tidak dapat diamati, namun ada dengan nyata hal ini dibuktikan dengan:
1. Susunan alam semesta Menunjukan, bahwa beradanya alam semesta alam itu tentu bukan demi kepentingan diri sendiri, melainkan demi kepentingan sesuatu yang berbeda dengan alam semesta itu sendiri. Hal ini dapat disamakan dengan tempat tidur itu sendiri, melainkan demi kepentingan orang yang akan menidurinya. Demikianlah dunia berada bukan demi kepentingan dunia sendiri, melainkan untuk kepentingan yang bukan bukan dunia, yang bukan benda yaitu roh, purusa.
2. Segala manusia berusaha untuk mendapatkan kelepasan. Hal ini mengharuskan kita menyimpulkan, bahawa tentu ada sesuatu yang dapat mendapat kelepasan itu yang tentu bukan yang bersifat badani yaitu purusa.
3. Tiap hal yang ada, berada secara sendiri-sendiri, artinya dilahirkan sendiri, mati sendiri, memiliki organismenya sendiri dan seterunya.yang jika disimpulkan banyak sekali individu, ada banyak sekali purusa.
Mengenai prakrti diuraikan bahwa prakrti atau asas bendani adalah sebab pertama alam semesta, yang terdiri dari unsur-unsur kebendaan dan kejiwaan atau psikologis. Sama halnya dengan purusa, prakerti juga tidak dapat diamati, namun nyata-nyata ada. Bahwa prakerti ada dengan kesimpulan yang diambil dari pertimbangan – pertimbangan berikut:
1. Tiap hal yang ada di dalam dunia berifat terbatas. Apa yang bersifat terbatas bergantung kepada sesuatu yang tidak terbatas, dan yang berdiri sendiri, yang menyebabkan adanya hal-hal yang terbatas itu. Adapun yang bersifat tidak terbatas ituadalah prakrti.
2. Tiap hal memiliki sifat-sifat tertentu yang juga dimiliki oleh segala sesuatu yang lain.sifat-sifat itu umpamanya: kesenangan dan kesusahan. Hal ini menunjukan bahwa ada satu sumber bersama yang mengalirkan sifat-sifat itu. Sumber itu adalah prakrti.
3. Segala akibat timbul dari aktifitas suatu sebab aktifitas yang menyebabkan dunia ini tentu berasal dari suatu sebab pertama.yaituprakrti.
4. Suatu akibat tidak mungkin menjadi sebabnya sendiri. Oleh karena itu tentu ada suatu sebab asasi. Yang menyebabkan adanya segala macam akibat itu. Sebab asasi itu tidak lain adalah prakrti.
5. Alam semesta mewujudkan suatu kesatuan . adanya suatu kesatuan mewujudkan adanya suatu sebab yang menyatukan. Yaitu prakrti.[5]
Menurut ajaran Samkhya ada tiga sumber pengetahuan yang benar (Tri Pramana). yaitu Pratyaksa (pengamatan langsung), Anumana (didasarkan atas kesimpulan), dan Sabda pramana (pernyataan). Tentang pengetahuan yangdidapat atas dasar Sabda dapat dibagi dua yaitu Laukika = kesaksian yang diberikan oleh orang yang dapat dipercaya; Waidika = kesaksian Weda.
Di dalam etika Samkhya tidak membedakan seseorang atas golongannya untuk mempelajari kitab suci Weda. Setiap orang dianjurkan untuk mengendalikan pikiran agar terjadi keseimbangan di dalam dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut Samkhya pribadi yang tampak bukanlah pribadi yang sebenarnya melainkan khayalan, pribadi yang sesungguhnya adalah purusa atau roh itu sendiri.
Tujuan akhir dari ajaran Samkhya adalah kelepasan. Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila ia menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan dan badan jasmani. Bila seseorang belum menyadari akan hal itu, maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan. Akibatnya ia mengalami kelahiran yang berulang – ulang (samsara/punarbhawa). Jalan untuk mencapai kelepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan kerohanian yang terus – menerus untuk merealisasikan perbedaan purusa danprakerti dan cinta kasih terhadap semua mahluk (tatwam asi). Dengan demikian Samkhya menekankan pada jalan jnana dalam wujud wiweka [6]dan kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari jebakan prakerti (tri guna).
DAFTAR PUSTAKA
Filsafat Samkhyahttp://mahabhrata.wordpress.com/mahabharata/bhagawadgita/ samkhya-yoga/ fil safat-samkhya/
Intisari Sad Darshana Dan Hubungannya dengan Sistem Ilmu Percandian Dalam Dunia Arkeologi http://bayuarkeologjawa.blogspot.com/2011/11/intisari-sad-darshana-dan-hubungannya.html
Hadiwijono, Harun 1985, Sari Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang.
Suparta, Ardhana . Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia.Surabaya: Paramita, 2002
[1] Di akses dari http://mahabhrata.wordpress.com/mahabharata/bhagawadgita/samkhya-yoga/filsafat-samkhya/ padatanggal 18 oktober 2012
[2] Diakses dari http://bayuarkeologjawa.blogspot.com/2011/11/intisari-sad-darshana-dan-hubungannya.html pada tanggal 18 oktober 2012
[3] Harun, Hadiwijono, Sari Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985 .h 65
[4] Ardhana Suparta. Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia.Surabaya: Paramita, 2002. h. 43
[5]HarunHadiwijono,Sari Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985. h. 68
[6] Wiweka adalah perilaku yang hati-hati dan penuh petimbangan artinya tidak pernah ceroboh dalam bertindak. Wiweka selalu mempergunakan akal sehat dan pikiran yang fositif, serta selalu mengutamakan perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang tidak baik. Perilaku seperti ini patut diikuti dan dilaksanakan oleh umat Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar